top of page
Search

# Confessions of Sins

  • Writer: 민희경
    민희경
  • Feb 2, 2021
  • 5 min read

ㅤㅤ CONFESSION OF SINS

ㅤㅤ 2021년 02월 01일

ㅤㅤ Partnered Plot, started.

ㅤㅤ With Kang Yoojin


MIN HEEKYUNG


Seusai pengumuman, Heekyung mengalihkan atensinya kemudian melihat notifikasi pada ponsel.


아빠: "Bagaimana Hasilnya?"


Ia menghembuskan nafas, tidak berniat membalas pesan sekarang. Ia menutup kembali layar ponselnya dan kembali ke kerumunan bersama kawan-kawannya yang lain.


Gadis itu tersenyum menanggapi dan memberikan selamat pada teman-temannya. Benar, kata ayah ia tidak boleh iri hati maupun terlihat menjadi pengecut, memalukan.


Mau seberat apapun, mau tidak mau, Heekyung harus menerimanya. Selalu ada konsekuensi dalam sebuah persaingan.


Meskipun merasa perjuangannya sudah sangat maksimal, Heekyung mengeluarkan, mendedikasikan semuanya bahkan sampai terkena flu karena tidak sempat tidur untuk berpikir dengan serius.


Semuanya menghasilkan menghasilkan nol. Jujur saja hatinya begitu sakit. Manusiawi bukan?


Tapi Heekyung tau, ia tidak boleh menghancurkan kebahagiaan anak-anak yang berbahagia, mereka semua berjuang bersama-sama dengan dirinya. Sama lelahnya dengan dirinya, sama-sama berusaha.


Masih ada kesempatan lain, Heekyung harus segera menata kembali kepercayaan dirinya dan jangan biarkan siapapun lagi menghancurkannya.


Begitulah seorang gadis harus berjuang, tidak putus asa hanya karena dunia tidak memihak kepadanya. Sebuah pembuktian, ia harus bisa membuktikan dirinya bisa menjadi lebih baik di masa depan.


Poker Face, sebutannya.


Heekyung tidak berani sedikitpun membiarkan dirinya dikuasai oleh sesuatu yang berbahaya.


Kelemahannya sebagai seorang gadis, rasa serakah, amarah, rasa sedih. Semua itu hanya berujung akan membawanya ke neraka yang lebih dalam dan kejam.


Anak dari seorang Min Yooheung, tidak bisa seenaknya mengeluarkan kelemahannya di depan orang lain. Harga diri dan martabat keluarganya berada di wajah si nona, menanggung beban itu sendiri sebagai anak tunggal.


Seusai acara dan sepulangnya dari supermarket, Heekyung duduk kursi taman sekolah yang sepi karena menjelang tengah malam.


Menekan tombol telfon atas nama Ayahnya, ia mendengarkan suara tersambung dengan suasana hati yang gusar. Sesekali bibirnya digigit karena rasa takut yang terus datang saat ia memberitahu Ayahnya.


"Appa.. mianhae.." Heekyung menggulung bibirnya ke dalam, menahan erangan dengan airmata yang mengalir.


Si tuan Min hanya ber-dekhem setelah mendengar ucapan dari putrinya.


"Kau seharusnya jangan memalukan keluarga seorang hakim, Heekyung."


TUT.


Panggilan terputus.


Begitu panggilan terputus, Heekyung menundukkan wajahnya. Mengelap airmatanya yang sempat mengalir.


Semua orang tau bahwa Heekyung seorang anak kesayangan dan seorang putri di keluarganya. Namun itu hanya berlaku saat dirinya menjadi gadis yang membanggakan.


Sekali lagi, ia hanya seorang pelajar, seharusnya bukan Heekyubg yang menanggung semua ini, menanggung beban keluarga. Melainkan kakaknya, kakak laki-lakinya yang meninggalkan Heekyung sendiri di dunia ini.


Entah apa lagi yang menjadi objek untuk disalahkan olehnya.


Sangat sulitkah untuk dirinya menerima sebuah kata 'terimakasih, kau telah bekerja keras' atau hanya 'tidak apa-apa' dari orangtuanya?


Karena hanya itu yang dibutuhkan Heekyung sekarang. Rasanya, Ia selalu dibuang dan tidak diakui untuk hal mengecewakan seperti ini.


Melihat arloji yang masih terpasang di pergelangan kirinya. Heekyung melihat jam hampir pukul satu malam.


Heekyung tidak berniat tidur, sama seperti saat dirinya bekerja keras. Kini ia juga harus bekerja keras untuk menyembuhkan penyakit hati yang dideritanya.


Tungkainya melangkah keluar dari gerbang utama sekolah. Lagipula, ini akhir pekan. Ia tidak diwajibkan untuk tinggal di asrama. Heekyung Berjalan menuju salah satu gereja yang tidak jauh darisana.


Sesampainya, ia mendorong salah satu pintu besar dan masuk ke dalam gereja.


Heekyung tau, pasti tidak akan ada siapapun disini, apalagi sudah lewat tengah malam. Gadis itu hanya menginginkan sebuah ketenangan yang tidak bisa ia dapatkan dari rumah.


Membuka salah satu sekat pengakuan dosa yang berada di dekat altar, kemudian masuk ke dalam sana.


KANG YOOJIN


Selepasnya ia dari acara yang diadakan sekolah, Yoojin kembali ke asrama. Ia sudah merasakan lelah karena ada permainan yang ia ikuti. Memejamkan mata adalah sesuatu yang paling diinginkannya saat ini.


Setelah menyeret kakinya menuju gedung barat, ia memasuki kamar bernomor 001. Kamar yang kini terasa semakin luas karena tinggal seorang diri yang menempati kamar tersebut.


"Aah." Yoojin menghempaskan diri ke atas ranjang. Ia bahkan belum melepaskan sepatu yang digunakan. Ia menatap langit-langit kamar, tidak ingin memikirkan apapun untuk saat ini. Pemuda itu hanya ingin mengistirahatkan pikirannya, disusul pula fisiknya.


Namun, apa boleh buat saat sebuah pesan muncul pada smartphone miliknya. `Siapa yang mengirim pesan malam malam?` Jujur saja ia sangat malas, tapi tetap mengecek gawai.

[ KakaoTalk ㅡ 엄마 ]

: Park Ahjussi akan ke sana.

: Pulanglah sehari. Tidak, tidak sampai sehari.

: Besok malam sudah bisa langsung kembali ke sana.


Yoojin membaca pesan tersebut. Ia mengernyitkan dahinya. `Menyuruh pulang seperti ini? Apa tidak bisa sertakan alasan?` Mengganggu. Istirahatnya benar-benar terganggu karena ia harus pergi lagi.


Meskipun Yoojin sangat memperlihatkan ketidaksukaannya, ia masih mengikuti permintaan tersebut. Terlebih lagi ia tahu bahwa orangtuanya saat ini tidak akan mengganggu dirinya jika tidak terpaksa. Terlebih lagi, rasa bersalah masih menghinggapi mereka karena Yoojin yang memendam amarahnya sampai saat ini.


Keluarlah pemuda itu dari kamar. Ia sengaja pergi dari sana karena ia tidak ingin hanya menunggu. Yoojin pergi menuju gereja terdekat.


Sepertinya ia tidak mau terlalu marah sampai di rumah nanti, sehingga memutuskan untuk menenangkan diri dahulu di sana.


`Ah, tapi aku harus memberitahukan keberadaanku kepada Park Ahjussi, kan?`


Ia yang sudah berada di dalam gereja, berdiri terdiam di ambang pintu.


[ KakaoTalk - 박 아저씨 ]

¹ Paman, tolong tunggu di depan gereja dekat sekolah, ya.

¹ Saya mau berdoa untuk Yoonji dulu.


Setelah mengirimkan pesan, barulah ia masuk lebih dalam. Yoojin berjalan ke tempat bangku-bangku yang berjejer di sana. Ia pun memilih barisan tempat duduk yang tidak terlalu depan pun tidak belakang.


Begitu duduk, ia melihat ke arah depan. Tidak ada yang dilakukan selain menatap salib terbesar yang ada di dinding dalam gereja. Seolah itu adalah penenang, penekan emosinya yang bergejolak tiap harus melakukan interaksi dengan kedua orang dewasa yang dipanggil ayah dan ibu olehnya.


Setelah cukup tenang, barulah Yoojin menyatukan kedua tangan dan memejamkan mata untuk berdoa. Seperti biasa, ia akan berdoa untuk Yoonji terlebih dahulu sebelum untuk dirinya sendiri.


Di tengah-tengah itu, mungkin karena terlalu sunyi, ia jadi merasa lebih peka dengan sekitarnya. Saat sedang berdoa, ia merasakan bahwa ia tidak sedang sendiri di sana. Yoojin merasakan ada orang lain di sekitar, yang jelas tidak berada di kursi-kursi seperti dirinya.


Di deretan kursi, hanya ada dirinya seorang. `Hm?` Harus diakui bahwa dirinya jadi terdistraksi, yang mana membuat ia penasaran.


Yoojin langsung beranjak dari tempatnya duduk, bermaksud mengecek sekitarnya. Jika ada orang, salah satu tempat yang dikunjungi adalah bilik yang ada di dekat altar. Ya, Yoojin langsung saja melihat ke sana.


Benar saja, meskipun tidak membuka langsung, ia bisa mendengarkan suara seseorang dari sana. Tapi tunggu dulu, Yoojin merasa pernah mendengarkan suara milik orang tersebut. Siapa ya?


Si pemuda Kang memutar otak, mengingat-ingat gadis muda yang memiliki suara yang sekarang sedang didengarnya.


"Min Heekyung?" ucapnya tanpa suara. `Apa yang dilakukannya malam-malam di sini?`


Mungkin ini tidak benar. Namun, Yoojin diam di sana untuk mendengarkanㅡmenguping si puan.


MIN HEEKYUNG


Heekyung duduk dengan tenang sebari melihat ke arah bilik di sampingnya, tidak ada pendeta yang masuk ke sana.


Gadis itu memutuskan untuk menunggu sejenak, hingga pukul satu tiga puluh pagi. Meskipun rasa dingin masih menusuk di dalam gereja karena sebagian lilin tidak menyala, pemanas ruangan pun sepertinya tidak menyala. Hanya ada beberapa lampu dan chandelier yang membuat suasana ruangan disana terasa megah.


Melihat arah arlojinya lagi, setelah beberapa belas menit menatap kosong namun tidak ada pendeta yang berjaga.


𝘓𝘢𝘨𝘪𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘫𝘢𝘮 𝘴𝘦𝘨𝘪𝘯𝘪. Heekyung berpikir demikian. Tidak masalah, meskipun melewatkan pemberkatan yang diberikan pastor.


Tidak ingin ambil pusing, setidaknya di akhir Heekyung sudah hapal do'a untuk bertaubat.


Tubuhnya bangun, menghadap pada bilik kosong yang terpisah oleh dinding kayu semi-transparan. Gadis itu menyatukan kedua tangannya, menundukkan wajah sembari memejamkan mata, memulai.


"Datanglah roh kudus, terangilah pikiranku untuk mengingat semua dosa yang aku lakukan. Sentuhlah hatiku agar aku menyesali pembuatan buruk yang aku lakukan dan segera memperbaiki semuanya. Amen."


Gadis itu melepaskan tautan tangannya dan membuka matanya secara perlahan, suasana hati yang dirasa sedikit lebih baik dari sebelumnya.


to be continued.

 
 
 

Recent Posts

See All
# World History Task

ㅤ ㅤ "We humans have always been resilient. ㅤ With each industrial revolution, we have ㅤ adapted, creating new jobs with new ㅤ...

 
 
# Sociology Task

ㅤ ㅤㅤㅤ Sociology Task. ㅤㅤㅤ I am not what I think I am, and ㅤㅤㅤ I am not what you think I am. ㅤㅤㅤ I am what I think you think I am....

 
 

Comments


Commenting on this post isn't available anymore. Contact the site owner for more info.

©2021 by 민희경.

Roleplayer purposed only.

bottom of page