top of page
Search

# Sociology Task

  • Writer: 민희경
    민희경
  • Feb 19, 2021
  • 5 min read


ㅤㅤㅤ Sociology Task.


ㅤㅤㅤ I am not what I think I am, and

ㅤㅤㅤ I am not what you think I am.

ㅤㅤㅤ I am what I think you think I am.


ㅤㅤ Sociology

ㅤㅤ 21일 02월 2021년

ㅤㅤ Study partnered plot with @gnh_minkyu.

ㅤㅤ Started.

MIN HEEKYUNG


Hari minggu, setelah satu minggu penuh Heekyung tidak masuk sekolah. Gadis itu banyak tertinggal pelajaran sekolah ditambah setiap hari ia pun bersungut-sungut memaki si pelaku yang memerintahkan untuk menaruh racun pada makanan tahun barunya.

Tidak beradab atau bahkan hanya seonggok orang miskin. Benar, Heekyung jarang sekali merendahkan orang lain, namun kali ini orang miskin yang mencoba meracuninya pantaslah mendapat makian karena membuat si tuan putri merasakan sakit luar biasa pada bagian lambungnya hingga tak sadarkan diri.

Kemalangannya tidak sampai disitu, ia banyak tertinggal mata pelajaran, banyak tugas juga dikumpulkan minggu kemarin. Membuat si nona harus bekerja dengan ekstra mulai senin nanti untuk mengejar ketertinghalan— agar tetap mendapatkan nilai yang stabil.

Salah satunya sekarang, hari minggu di awal musim semi. Diiringi hujan deras yang membuat banyak orang-orang diluar diam di depan Cafe maupun halte untuk sekedar berteduh karena hujan deras yang datang tanpa sebuah peringatan –mendung.

Helaan nafasnya memberat, ia sudah membawa laptop lengkap dengan buku materi ke dalam cafe, ditambah bekas makanannya yang berserakan di atas meja— digunakan sebagai objek rasa lapar Heekyung, sembari menunggu sosok rekan satu kelompok yang sudah satu jam ia tunggu kehadirannya disini, sekarang.

Otaknya berusaha untuk berpikir positif bahwasannya si tuan muda tengah terjebak hujan, macet, atau bahkan banjir. Tapi logikanya yang lain bekata, seorang anak dengan pin emas tidak mungkin terjebak hujan apalagi kebanjiran. Itu menggelikan bagi Heekyung sendiri.

Duh, ini bukan pertanda baik. Si nona mulai kesal. Tapi tidak, ia tidak boleh kesal terhadap kawan satu kelompoknya. 𝘚𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘔𝘪𝘯 𝘏𝘦𝘦𝘬𝘺𝘶𝘯𝘨, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘴𝘶𝘢𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘤𝘢𝘶.

Heekyung menghembuskan nafasnya bak pelatihan yoga atau pelatihan ibu yang segera melahirkan.

Tidak berselang lama, suara bel pada pintu mengalihkan atensinya. Menelisik seseorang yang datang dengan sebuah masker, benar, itu Han Kai. 𝘊𝘪𝘩, 𝘈𝘯𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘦𝘥𝘢 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘭𝘶𝘢𝘳. Cibirnya.



HAN KAI


Han Kai, yang (tidak sadar) sudah jadi target panahan si nona yang sudah menunggunya selama satu jam di tempat janjian, sebetulnya sekarang sedang lari secepat mungkin dan berharap staminanya tidak tahu-tahu habis di tengah jalan.

Pembelaan: dia sudah bangun pagi kok, penuh dengan intensi mengerjakan tugas...

...lalu buyar karena sebuah berita tidak menyenangkan yang membuatnya impulsif pulang ke rumah untuk minta penjelasan dari oknum yang bersangkutan (baca: ibu dan manajernya).

Yang alhasil membuatnya terlambat ke tempat yang dijanjikan.

Dan di tengah-tengah pikirannya yang buru-buru, Han Kai bahkan tidak kepikiran untuk minta diantar. Untung saja tidak begitu jauh—masih dalam radius normal rute yang biasanya dia lalui ketika tidak malas jogging.

Kai merasa masuknya dia ke kafe yang dimaksud cukup dramatis—dengan dia terengah-engah dan nyaris berlutut (karena dia bukan sedang jogging tapi sprint)—tapi jujur, dia merasa paru-parunya meledak.

Sambil mengatur napas, dia berjalan ke tempat Heekyung duduk—teman sekelasnya yang itu selalu mencolok—lalu mengaduk-aduk isi tasnya sebelum duduk.

"Sebentar," dia bilang di tengah-tengah napasnya yang masih berantakan, lalu mengeluarkan beberapa boks pepero yang dia ambil (curi) dari rumah sebelum ke sini. "Tanda maaf terlambat, tanda maaf di laboratorium, tanda terima macaron yang kemarin—satunya bonus."

Lalu dia menaruhnya di depan Heekyung, dan menghempaskan diri ke kursi hadapannya. Menghela napas panjang dan memejamkan matanya selagi membiarkan ototnya istirahat. "Bukan Givenchy atau Prada tapi—hhhh, sorry. Emergensi. Buru-buru."

Maksudnya, Kai tahu bahwa merk-merk tersebut mungkin bahkan tidak ada artinya untuk si tuan putri—tapi yah. Siapa tahu, bukan? Dia toh kenal dengan orang-orang yang bisa gila karena nama-nama seperti itu.

Waktu matanya dibuka, dia menatap ekspresi si teman sekelas. Lalu dahinya ikut berkerut. "Jangan marah," katanya—niatnya meminta, tetapi mungkin terdengarnya seperti sedang menuduh.



MIN HEEKYUNG


Heekyung merapikan mejanya dari bekas-bekas makanan yang dipesannya, kemudian menyuruh salah satu pelayan disana membereskan meja yang ditempatinya sembari melihat Han Kai yang tertatih-tatih kehilangan nafas.

"Yang benar saja? Kau belari dicuaca hujan seperti ini?"

Ujar Heekyung sembari menggelangkan kepalanya melihat Han Kai. Jemarinya merapikan laptop dan buku-buku yang ia susun di atas meja.

Pandangannya beralih, tidak berani menatap lama-lama Han Kai. "Duduk dulu, tenang dulu. Kamu tidak akan bisa fokus Kai jika seperti itu."

Heekyung memberikan nasihat, si Nona tidak terlihat marah seperti sebelumnya. Mungkin Han Kai memiliki alasan tersendiri bisa seperti ini —kasihan juga.

Ujung matanya menangkap, melirik empat bungkus pepero — favoritnya. 𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘬𝘦𝘴𝘶𝘬𝘢𝘢𝘯𝘬𝘶.

"Givenchy salah satu kesukaanku, tapi Prada bukan salah satunya." Matanya memicing, mungkin saja Kai berniat menghina karena menyangkanya menyukai Prada. Ah, pasti dia tau slogan 𝘛𝘩𝘦 𝘋𝘦𝘷𝘪𝘭 𝘸𝘦𝘢𝘳𝘴 𝘗𝘳𝘢𝘥𝘢.

Tapi tidak, mungkin saja ia menyarankan karena Prada masih termasuk pada jajaran brand mewah ternama.

Kedua tangan Heekyung menggeser pepero untuk mendekat ke arahnya. "좋아!" Si gadis memekik sembari memberikan senyumnya —yang terlihat sedikit menggelikan.

"Tidak masalah, aku sudah tidak marah. Lain kali beritahu jika kau terlambat. Kau kan bisa mendapatkan kontak milikku dari ruang obrolan kelas." Ucapnya sembari membuka buku yang menjadi bahan ajar Sosiologi yang akan digunakan mereka.



HAN KAI


Kai menghela napas lagi, lebih keras sekarang. Dia melepas topinya yang basah dan menyibak rambutnya ke belakang, sudah capek duluan.

"Aku tidak sengaja menjatuhkan ponselku sampai layarnya pecah," jawabnya dengan desah kesal. "Lagipula dari rumah belum hujan."

Melihat partner sekelompoknya itu mulai menyiapkan bukunya, Kai melepas parkanya dan menarik tasnya ke pangkuan, meringis waktu melihat bagian luarnya basah.

Dia mengeluarkan buku catatannya dan tablet yang biasa digunakan sebagai ganti laptop yang terlalu berat. Sambil mengelap bagian luar tasnya dengan tisu, dia berusaha menenangkan pikiran.

Tenang, Kai. Fokus. Untuk sementara, tidak harus memikirkan hal yang bukan tugas sosiologi. Beruntunglah kau masih sekolah dan punya distraksi yang tidak pernah habis.

Kai memejamkan matanya menunggu file catatan sosiologinya selesai loading di tabletnya.

Harum kopi di kafe tersebut menenangkan, sedikit.

"Aku sempat lihat bagian teori ahli—sebentar, kita dapat bagian perilaku menyimpang, kan?" Kai memulai, tangannya yang mudah gelisah mulai memutar-mutar pulpen. "Kalau iya... Aku tidak keberatan meng-cover bagian itu. Bagian lain juga, tentu saja—tapi kau bisa pilih bagian yang kau mau juga. Keberatan tidak?



MIN HEEKYUNG


Matanya menelisik Han Kai yang terlihat sedikit basah dan sibuk membersihkan tasnya yang terlihat basah.

"Astaga.. ada-ada saja, Han Kai." Heekyung merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah minyak aromatheraphy darisana, memberikannya pada Han Kai.

"Coba pakai itu, agar tidak masuk angin, Kai." Sejujurnya ia prihatin dengan keadaan Han Kai, setidaknya laki-laki itu harus berfanas dahuku setelah sampai disini. Lagipula waktu yang mereka miliki begitu banyak.

Heekyung membuka halaman buku yang berisikan mengenai perilaku menyimpang.

"Bagian-bagiannya ada Teori Ahli, Teori Perilaku Penyimpangan, Ciri-ciri, Sifat, Jenis, Penyebab, dan Bentuk Perilaku." Jelasnya dengan hati-hati sembari melihat pada daftar isi halaman buku yang dibacanya.

Heekyung mempertimbangkan bagian mana yang akan dikerjakannya.

"Boleh jika kamu ingin ambil itu, nanti kamu membacakannya saat aku membuat bahan presentasinya ya. Sedangkan aku akan mengambil Teori Perilaku Menyimpang. Materi selanjutnya bisa nanti kita bagi lagi."

Heekyung berbicara dengan cukup tegas, diskusi mereka saat ini cukup berjalan dengan cepat dan lancar.

Jemarinya memencet tombol pada laptop untuk mulai membuka aplikasi pembuat presentasi.

"Kai, bagaimana jika kamu minum yang hangat dulu, kopi mungkin?" Ucap Heekyung tanpa mengalihkan pandangannya pada layar laptop.

Dari tadi Han Kai terlihat begitu terburu-buru dan sepertinya dalam keadaan kurang fit.



To be Continued.

 
 
 

Recent Posts

See All
# World History Task

ㅤ ㅤ "We humans have always been resilient. ㅤ With each industrial revolution, we have ㅤ adapted, creating new jobs with new ㅤ...

 
 
# Alliance

ㅤ ㅤㅤ “Kamu berniat untuk jadi ㅤㅤ temanku atau musuhku?" ㅤㅤㅤㅤ 민희경 ㅤㅤㅤㅤ Fabian Romero y Suarez (NPC) ㅤㅤㅤㅤ 2021년 01월 15일 ㅤㅤㅤㅤ Daily...

 
 

Comentarios


Ya no es posible comentar esta entrada. Contacta al propietario del sitio para obtener más información.

©2021 by 민희경.

Roleplayer purposed only.

bottom of page